Impressive Girls -- 12 PERTEMUAN, JADIAN DAN PATAH HATI

Original Story by Ghee
Rewrite by Natthalie Loo



“Ah, kangen banget sama kak Pieter” seru Ceries sebelum jam pelajaran pertama di mulai. “Aduh, segitu cintanya kah dikau padanya?” balas Lola. “Tapi omong-omong nih Ris aku belum pernah liat kak Pieter deh” sambung Lluna. “Orangnya gimana sih” tanya Erine penasaran. “Pokoknya dia orang paling perfect yang pernah aku liat. Handsome, gentle,care, young businessman etc” Ceries sudah terbang ke alam lamunannya sendiri.
“Trus kalo gitu Viggo mau kamu kemanaiina Ris?” Lola membuyarkan lamunan Ceries. “Ke hell aja deh dia.” “Hush, ga boleh gitu Ris” nasihat Erine. “Kasian juga si Viggo harus saingan sama kakaknya. Ris jangan sampai ada perang dingin antara mereka” sambung Lluna. “I don’t care” jawab Ceries.
Dert…dert….dert handphone Ceries bergetar. “Ih, panjang umur bener nih anak” Ceries membaca sms Viggo. ‘Honey bentar pulang sekolah bareng yah, aku mau ke rumah kamu atas perintah your mother. Wait for me ya ;p Btw, minta pin BBnya donk udah ratusan kali aku minta kok ga dikasi? Love you’
“Ih, jijay….. ga akan aku tungguin. Girls hari ini aku mau bolos” seru Ceries. “What” seru yang lain barengan. Ceries udah mulai berkemas lagi. “Eh, Ris pelajarannya aja belon mulai kok udah mau pulang?” tanya Lluna. “Karena aku ga mau liat mukanya si Viggo. Kalian urus absennya yah” balas Ceries segera berlalu pergi. “Enak aja, jangan asal perintah donk” seru lantang Lola.
“Ckckck… Ceries, Ceries. Cari masalah aja tuh anak” seru Erine. “Tuh anak lama-lama beneran bisa bikin Viggo bakalan berantem sama kak Pieter” sambung Lluna. “Kesian banget yah Viggo, udah ribuan taon dia ngejar Ceries” lanjut Lola melankolis. Ketiga orang ini hanya bisa geleng-geleng kepala.
Dert..dert…dert… handphone Ceries yang ketinggalan bergetar. “Ah, Ceries ninggalin handphonenya” seru Lluna. Melihat no Ceries yang lain tertera pada layar handphone Erine segera mengangkatnya. “Napa Ris. Oh ok.” “Napa?” tanya Lola. “Katanya entar minta tolong hpnya diantarin ke rumah” jawab Erine. Lola mengangguk tanda setuju.
Dan akhirnya sore hari, tepatnya udah hamper waktu magrib Lola dkk pergi ke apartemen Ceries. “Ceries tuh ada-ada aja deh masa pindah ke lantai 12 ga bilang-bilang sih” gerutu Lola. Akhirnya mereka harus turun lagi ke lantai 12 dari lantai 20. Baru saja tiga langkah dari kamar Ceries sebelumnya mereka mendengar suara. “Dad nanyaiin Viggo?” seru seorang cowok cakep yang keknya eksmud (eksekutif muda) di telpon. “Viggo?” seru tiga cewek ini sambil saling menatap.
“Ok, nanti aku telpon Dad. Aku baru sampai jadi belum ketemu, ya udah aku tutup dulu yah. Bentar lagi aku ke sana” cowok cakep tadi melewati Lola dkk dan berhenti di mantan kamar Ceries. “Anu, kenalannya Ceries ya?” tanya Lluna. Cowok tadi berbalik dan ngomong. “Temannya Ceries?” tanyanya sopan. Lola dkk hanya mengangguk saja. “Ceriesnya ga ada di rumah ya?” tanya cowok cakep tadi. “Udah pindah ke lantai bawah” jawab Erine. “Kebetulan kalo begitu bisa titip ini untuk Ceries. Aku ada sedikit urusan jadi ga bisa lama-lama.” “Lola mengambil kantongan yang disodorkan cowok tadi.
“Umm bilang aja dari Pieter. Thanks a lot before”cowok bernama Pieter ini tersenyum manis. “Pieter? Kakaknya Viggo?” tanya Lola.”Oh, kenal Viggo juga?” Akhirnya mereka sama-sama jalan menuju lift sambil bercerita ringan. Begitu hampir sampai di lantai 12 Pieter berkata. “Kalian turun di lantai 12 kan?” Lola dkk mengangguk sebagai jawaban. Begitu Lola dkk turun Pieter ngomong lagi. “Sampein salamku buat Ceries dan Viggo ya.”
“Cakep juga” seru Erine begitu pintu lift sudah tertutup. “Lebih baik dari Viggo menurutku, pantes aja Ceries suka” sambung Lluna. “Btw, tadi Ceries bilang kamar no berapa sih?” tanya Lola.

***

“Bentar lagi dinner kamu udah siap honey” seru ganjen Viggo pada Ceries. “Jangan panggil-panggil aku honey, aku bukan honey kamu” teriak sebal Ceries. “Damn it, kenapa mom harus kasi kunci kamar aku yang baru ke Viggo sih. Kenapa pula aku ga bawa kunci rumah” bisik Ceries. “Kok cemberut sih” Viggo menusuk pipi Ceries. “Jangan pegang-pegang” Ceries duduk menjauh begitu Viggo duduk juga di sofa.
“Abisnya aku kan suka Ceries” seru polos Viggo. “But I don’t like you” bentak Ceries. “But I love you” balas Viggo. Ceries merasa sebal melihat tingkah Viggo, tapi penasaran juga sih. “Memangnya apa yang kamu suka dari aku?” tanya Ceries. “Banyak. Intinya Ceries selalu bisa bikin aku bahagia dan tersenyum, dari kecil juga suka nolongin aku kan. Jadi sekarang giliran aku yang jagain Ceries” Viggo menatap Ceries lembut.
Ceries agak tersentuh juga sih, dan hanya diam saja memandangi Viggo. “Selain itu…” lanjut Viggo membelai rambut Ceries kemudian wajah cantiknya. “Kau sangat cantik” lanjut Viggo. Pelan-pelan Viggo mencondongkan badannya. Tau apa maksud Viggo, badan Ceries mundur tanpa menggeser duduknya. Maksudnya sih mau menghindar, tapi mereka duduk di sofa yang tidak besar. Ceries akhirnya ga bisa mengelak setelah punggungnya tersandar di bantalan tangan sofa. Pelan dan lembut Viggo mencium Ceries. Pengennya sih langsung napar Viggo, tapi reflex tangan Ceries justru sebaliknya. Tangannya merangkul Viggo.

***

“Kata Ceries kuncinya ada di silicon handphonenya” seru Erine membuka silicon hp ceries. “Ah, ada” Lola mengeluarkan kartu yang menjadi kunci kamar Ceries. Ga pake lama segera aja didekatkan ke sensor yang ada di pintu, dan langsung menyerbu masuk. “Ceries kami datang bawaiin hand…..” teriakan riang Lola terhenti begitu pula langkahnya.
“Auw, jangan berhenti tiba-tiba donk La” protes Lluna yang menabrak Lola karena berhenti tiba-tiba. “Ada apaan kok berhenti” tanya Erine yang kemudian mengikuti pandangan Lola dan Lluna. “Oops” serunya. Sadar ada teman-temannya Ceries sekuat tenaga mendorong Viggo, sampai jatuh ke lantai. “Auw” rintih Viggo. Pada waktu bersamaan hp Viggo bunyi, segera diangkatnya.
“Hai, kalian udah dateng kok ga telpon dulu?” Ceries berdiri dan ngomong dengan canggung. “Sori ganggu, kita cuma mau bawaiin hp kamu” Lluna yang duluan sadar mengambil hp dari Erine dan meletakkannya di tempat terdekat. “Trus titipan dari kak Pieter” Lluna mengambil kantongan dari tangan Lola dan menaruhnya di sebalah hp. “Kak Pieter datang?” Ceries udah kembali normal. Teman-temannya hanya mengangguk aja. “Aduh… kenapa kalian ga bilang dari tadi sih. Where is he?” “Pulang. Katanya ada urusan penting.”
“Yah, yang benar aja” seru Ceries. “Oh, mungkin masih ada di parkiran. Aku turun bentar ya” Ceries bergegas turun. Begitu Ceries menghilang Viggo ikut-ikutan cabut juga. “Ok, aku juga harus pergi. See ya.” “Eh, trus kita?” tanya bego Lola. “Tungguin Ceries aja kalo begitu” jawab Erine.
***
                Keesokan paginya, diluar dugaan Erine diantar ama kak Mike sampe ke depan kelas. “Sampe ketemu jam istirahat ya” seru kak Mike sebelum pergi ke kelasnya. “Ok” jawab Erine tersenyum manis. Segera setelah kak Mike pergi, Erine masuk ke kelas dan menempati tempat duduknya. “Aduuuhhh…… Erine kemajuan besar nih sampe diantar ke kelas segala” goda Lola yang datang semenit sebelum Erine. “Hehehe….” tawa Erine. “Happy banget sih?? What happen??” tanya Ceries. “Tau ga??” jawab Erine manja. “Gimana bisa tau oon, klo kamu belon bilang apa-apa” jawab Lluna.
                Dengan wajah tersipu malu Erine bersuara dengan sangat lembut. “Mike ngajak jadian.” “What???” seru lantang dan kompak teman-temannya. “Shhttt… Jangan keras-keras” sergah Erine. “Are you sure?” tanya Ceries. “Wow, met yah” seru Lluna. “Patut dirayaiin nih” sambung Lola riang. “But, gimana ceritanya?? Tell us” bujuk Ceries.
                “Yah, tempo hari waktu penutupan pensi kan aku diantar pulang. Terus dia ngomong deh” jawab manja Erine tersipu malu. “Ngomong apaan??” goda yang lainnya. “Ih,udah dong ah” protes Erine manja. “Kok baru ngomong sekarang sih, padahal jadiannya udah dari pensi kemaren” protes Lola. “Ia, lagian baru ni hari dia ngantar kamu sampe kelas” sambung Lluna.
                “Kan kelasnya Mike dan kelas kita beda jalurnya. Kebetulan aja hari ini dia ada urusan di lab kimia di ujung” seru Erine lembut. “Duh, manggilnya Mike” yang lain lanjut menggoda. “Ah, kalian nih rese yah” Erine mulai mukulin teman-temannya dengan pelan.  Dan acara ngejekin Erine berakhir ketika jam pelajaran pertama dimulai.
                “Gosh” seru lantang Ceries. “Kenapa Ris?” tanya Lola sambil berjalan ke arah parkiran. “Aku ga salah liat kan?” “Apaan sih Ris” Lluna megikuti arah pandang Ceries. Seorang cowok cakep melangkah mendekat. “Pieter” teriak Ceries berlari dan segera memeluknya.
                “Oh, I miss u so much” seru Ceries melepas pelukannya. “Miss you too. And hello ladies” Pieter menyapa yang lainnya. “Hello” seru Lola dan Lluna canggung. “What are you doing here? Jemput aku?” Tanya Ceries antusias. “Emang mau ngapain lagi coba?” jawab Pieter. “Klo begitu see ya girls” Ceries menarik Pieter pergi. Sementara Pieter hanya melambai saja. Sementara Viggo yan g kebetulan liat dari jauh Cuma bisa menghela napas dan segera masuk ke mobilnya.

***
                Pada sore yang indah, handphone Lola bordering nyaring. Lola yang baru aja selesai mandi langsung nyambar handphonenya. “Halo” Lola mengangkat telpon tanpa melihat siapa yang menelpon. “Hello senpai, lagi pain?” seru menggoda Kyo. “Ih, ternyata si bego Kyo. Mau tau aja sih. Aku lagi ngapain kek bukan urusan kamu.” “Soalnya khan aku mau ngajak jalan nih, ingat khan janjinya tempo hari. Mau nemenin aku jalan” balas Kyo. “Jalan? Ke mana?” tanya Lola. “Ada deh… Mau ga? Aku jemput kok.” Ga berniat mengecewakan Kyo buat ke dua kalinya, Lola mengiyakan ajakan Kyo. “Ok, tapi aku siap-siap dulu yah.” “Ok deh. Setengah jam cukup kan buat siap-siap?” “Lebih malah” jawab Lola. “Ya udah see ya” Kyo menutup telpon.
                Setengah jam kemudian Kyo udah nongol di depan rumah Lola. Setelah pamit dengan mamanya Lola, mereka segera cabut. “Mau ke mana Kyo?” tanya Lola. “Ke pasar malam, aku lagi pengen ke sana. Pegangan ya aku mau balap nih.” “Jangan anggap aku cemen donk, aku juga biasa balap-bal… Waaaa…” Kata-kata Lola terpotong karena Kyo tiba-tiba tancap gas dan membuatnya badan Lola mundur ke belakang, seolah-olah bakal terbang. Dengan segera aja Lola meluk Kyo erat-erat, biar ga jatuh dari motor. Ini jelas aja bikin Kyo happy.
                Sesampainya di tempat yang di tuju mereka langsung aja keluyuran dari stand yang satu ke stand yang lain. Happy-happyan, ketawa-ketiwi, pokoknya happy deh. “Eh, itu kan Erine sama kak Mike?” seru Lola. Melihat sepasang orang itu lagi asik di stand permainan dari jauh. “Udah biarian ajah” seru Kyo pergi diikuti Lola. Demikian terus mereka menikmati hari sebentar main, ngemil de el e el. Sampai Lola merasa tertarik sama sebuah stand yang menjual aksesoris. Lola dengan segera menghampiri stand yang di maksud.
“Eh, Kyo kayanya bagus deh. Cocok kayanya buat kamu” seru Lola dan berbalik mencari Kyo. Tapi orang yang di maksud ga ada. “Kyo” panggil Lola. “Hello Kyo jangan main-main donk. Kamu di mana sih.” Lola meninggalkan stand tempatnya berdiri dan mulai mencari Kyo di tengah kerumunan orang. “Kyo” panggil Lola makin lama makin panik saja. “Kyo, kamu ga pulang ninggalin aku khan. Hey Kyo” Lola dah mulai putus asa.
Tiba-tiba aja sebuah tangan menarik lengan Lola, membuatnya berbalik ke belakang. Dan ternyata itu adalah tangan Kyo. “Ah, ketemu” seru Kyo lega. “Ky… Kyo, kamu ke mana aja sih tiba-tiba ngilang.” “Ga salah nih La, kamu tuh yang tiba-tiba ngilang” sergah Kyo. Sadar memang dirinya yang salah, Lola meminta maaf. “Sorry deh” seru Lola memelas.
Kyo mengulurkan tangannya ke Lola. “Biar ga ilang lagi” seru Kyo tersenyum manis. Lola ragu-ragu dengan ajakan Kyo,  Kyo yang menyadari itu langsung berkata. “Takut diliat Erine lantas dia ceritaiin ke Andrew?” tanya Kyo. Lola hanya senyum ga jelas gitu. Ngerti  masalah Lola, Kyo member solusi lain.
Kyo menyodorkan ujung jaketnya ke Lola. “Eh?” seru Lola heran. Kyo tersenyum dan ngomong. “Kalo pegangan tangan ga mau, pegang ujung jaket aku saja. Ga akan ada yang marah kan” serunya. “Ck, emang kamu pikir aku anak kecil apa” seru Lola tertawa kecil. Namun langsung aja  Lola nyambar ujung jaket Kyo. Mereka kemudian melanjutkan keliling pasar malam dengan happy.
Sampai malam menyenangkan Lola harus berakhir, ketika melihat sesuatu yang ga seharusnya dia lihat. “Ah, Kyo udah donk berhenti ngelawaknya. Perutku sakit nih karena ketawa mulu” tawa Lola. “Enak aja ngelawak. Dasar ga sopan” balas Kyo. Tapi tawa Kyo terhenti begitu melihat wajah Lola berubah kaku kek abis liat setan. “Napa La? Kek liat hantu aja” kelakar Kyo. Tapi melihat tak ada perubahan pada wajah Lola, Kyo menoleh ke arah pandangan Lola.
Dari jauh terlihat Lluna dan Andrew lagi jalan berdua aja, gandengan tangan, pokoke mesra deh. “Yakin yang tadi bagus?” tanya Lluna. “Kamu juga bilang bagus kan?” jawab Andrew. “Ia, sih tapi…” kata-kata Lluna terhenti tiba-tiba. “Kenapa Na?” tanya Andrew kemudian mengikuti arah pandangan Lluna.
“Lho, itu kan Lola” seru Erine kepada Mike. “Iya, bukannya yang di sebelahnya itu teman kelas kamu juga?” tanya Mike. “Hmm…… Ngapain yah mereka” batin Erine. “Lola” teriak Erine mulai mendekati temannya itu. Erine merasa suaranya cukup keras untuk di dengar Lola, tapi merasa heran karena Lola tidak bergeming. Apalagi melihat ekspresi muka Lola dan kyo yang aneh. Begitu cukup dekat Erine memanggil lagi. “Hei, La.” Tapi belum juga di jawab Lola. Kemudian Erine berpaling kea rah mata Lola tertuju.
Andrew merasa cukup kaget ketika matanya bertatapan dengan mata Lola. Reflex Lluna menarik tangannya dari tangan Andrew. Andrew juga baru menyadai kalo dia bergandengan dengan Lluna. “Ehm, La ini bisa di jelasin” seru Andrew. “La ini ga seperti kelihatannya. Bener-bener bisa dijelasin kok” sambung Lluna.
Tapi sepertinya Lola tidak mau penjelasan. Dia melepaskan pegangannya pada ujung jaket Kyo dan segera berbalik pergi. “Lola” Andrew berusaha mengejar, namun dengan segera di tahan Kyo. “Mending kamu pulang aja langsung ke rumah. Karena kamu bakal bikin dia makin eneg. Dan tunggu aja bagianmu besok” Kyo segera pergi menyusul Lola.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment

v