Original Story by Ghee
Rewrite by Natthalie Loo
“Ah,
kangen banget sama kak Pieter” seru Ceries sebelum jam pelajaran pertama di
mulai. “Aduh, segitu cintanya kah dikau padanya?” balas Lola. “Tapi omong-omong
nih Ris aku belum pernah liat kak Pieter deh” sambung Lluna. “Orangnya gimana
sih” tanya Erine penasaran. “Pokoknya dia orang paling perfect yang pernah aku
liat. Handsome, gentle,care, young businessman etc” Ceries sudah terbang ke
alam lamunannya sendiri.
“Trus
kalo gitu Viggo mau kamu kemanaiina Ris?” Lola membuyarkan lamunan Ceries. “Ke
hell aja deh dia.” “Hush, ga boleh gitu Ris” nasihat Erine. “Kasian juga si
Viggo harus saingan sama kakaknya. Ris jangan sampai ada perang dingin antara
mereka” sambung Lluna. “I don’t care” jawab Ceries.
Dert…dert….dert
handphone Ceries bergetar. “Ih, panjang umur bener nih anak” Ceries membaca sms
Viggo. ‘Honey bentar pulang sekolah bareng yah, aku mau ke rumah kamu atas perintah
your mother. Wait for me ya ;p Btw, minta pin BBnya donk udah ratusan kali aku
minta kok ga dikasi? Love you’
“Ih, jijay….. ga akan
aku tungguin. Girls hari ini aku mau bolos” seru Ceries. “What” seru yang lain
barengan. Ceries udah mulai berkemas lagi. “Eh, Ris pelajarannya aja belon
mulai kok udah mau pulang?” tanya Lluna. “Karena aku ga mau liat mukanya si
Viggo. Kalian urus absennya yah” balas Ceries segera berlalu pergi. “Enak aja,
jangan asal perintah donk” seru lantang Lola.
“Ckckck…
Ceries, Ceries. Cari masalah aja tuh anak” seru Erine. “Tuh anak lama-lama
beneran bisa bikin Viggo bakalan berantem sama kak Pieter” sambung Lluna.
“Kesian banget yah Viggo, udah ribuan taon dia ngejar Ceries” lanjut Lola
melankolis. Ketiga orang ini hanya bisa geleng-geleng kepala.
Dert..dert…dert…
handphone Ceries yang ketinggalan bergetar. “Ah, Ceries ninggalin handphonenya”
seru Lluna. Melihat no Ceries yang lain tertera pada layar handphone Erine
segera mengangkatnya. “Napa Ris. Oh ok.” “Napa?” tanya Lola. “Katanya entar
minta tolong hpnya diantarin ke rumah” jawab Erine. Lola mengangguk tanda
setuju.
Dan akhirnya
sore hari, tepatnya udah hamper waktu magrib Lola dkk pergi ke apartemen
Ceries. “Ceries tuh ada-ada aja deh masa pindah ke lantai 12 ga bilang-bilang
sih” gerutu Lola. Akhirnya mereka harus turun lagi ke lantai 12 dari lantai 20.
Baru saja tiga langkah dari kamar Ceries sebelumnya mereka mendengar suara. “Dad
nanyaiin Viggo?” seru seorang cowok cakep yang keknya eksmud (eksekutif muda)
di telpon. “Viggo?” seru tiga cewek ini sambil saling menatap.
“Ok,
nanti aku telpon Dad. Aku baru sampai jadi belum ketemu, ya udah aku tutup dulu
yah. Bentar lagi aku ke sana” cowok cakep tadi melewati Lola dkk dan berhenti
di mantan kamar Ceries. “Anu, kenalannya Ceries ya?” tanya Lluna. Cowok tadi
berbalik dan ngomong. “Temannya Ceries?” tanyanya sopan. Lola dkk hanya
mengangguk saja. “Ceriesnya ga ada di rumah ya?” tanya cowok cakep tadi. “Udah
pindah ke lantai bawah” jawab Erine. “Kebetulan kalo begitu bisa titip ini
untuk Ceries. Aku ada sedikit urusan jadi ga bisa lama-lama.” “Lola mengambil
kantongan yang disodorkan cowok tadi.
“Umm
bilang aja dari Pieter. Thanks a lot before”cowok bernama Pieter ini tersenyum
manis. “Pieter? Kakaknya Viggo?” tanya Lola.”Oh, kenal Viggo juga?” Akhirnya
mereka sama-sama jalan menuju lift sambil bercerita ringan. Begitu hampir sampai
di lantai 12 Pieter berkata. “Kalian turun di lantai 12 kan?” Lola dkk
mengangguk sebagai jawaban. Begitu Lola dkk turun Pieter ngomong lagi. “Sampein
salamku buat Ceries dan Viggo ya.”
“Cakep
juga” seru Erine begitu pintu lift sudah tertutup. “Lebih baik dari Viggo
menurutku, pantes aja Ceries suka” sambung Lluna. “Btw, tadi Ceries bilang
kamar no berapa sih?” tanya Lola.
***
“Bentar
lagi dinner kamu udah siap honey” seru ganjen Viggo pada Ceries. “Jangan
panggil-panggil aku honey, aku bukan honey kamu” teriak sebal Ceries. “Damn it,
kenapa mom harus kasi kunci kamar aku yang baru ke Viggo sih. Kenapa pula aku
ga bawa kunci rumah” bisik Ceries. “Kok cemberut sih” Viggo menusuk pipi
Ceries. “Jangan pegang-pegang” Ceries duduk menjauh begitu Viggo duduk juga di
sofa.
“Abisnya
aku kan suka Ceries” seru polos Viggo. “But I don’t like you” bentak Ceries.
“But I love you” balas Viggo. Ceries merasa sebal melihat tingkah Viggo, tapi
penasaran juga sih. “Memangnya apa yang kamu suka dari aku?” tanya Ceries. “Banyak.
Intinya Ceries selalu bisa bikin aku bahagia dan tersenyum, dari kecil juga
suka nolongin aku kan. Jadi sekarang giliran aku yang jagain Ceries” Viggo
menatap Ceries lembut.
Ceries
agak tersentuh juga sih, dan hanya diam saja memandangi Viggo. “Selain itu…”
lanjut Viggo membelai rambut Ceries kemudian wajah cantiknya. “Kau sangat
cantik” lanjut Viggo. Pelan-pelan Viggo mencondongkan badannya. Tau apa maksud
Viggo, badan Ceries mundur tanpa menggeser duduknya. Maksudnya sih mau
menghindar, tapi mereka duduk di sofa yang tidak besar. Ceries akhirnya ga bisa
mengelak setelah punggungnya tersandar di bantalan tangan sofa. Pelan dan
lembut Viggo mencium Ceries. Pengennya sih langsung napar Viggo, tapi reflex
tangan Ceries justru sebaliknya. Tangannya merangkul Viggo.
***
“Kata
Ceries kuncinya ada di silicon handphonenya” seru Erine membuka silicon hp
ceries. “Ah, ada” Lola mengeluarkan kartu yang menjadi kunci kamar Ceries. Ga
pake lama segera aja didekatkan ke sensor yang ada di pintu, dan langsung menyerbu
masuk. “Ceries kami datang bawaiin hand…..” teriakan riang Lola terhenti begitu
pula langkahnya.
“Auw,
jangan berhenti tiba-tiba donk La” protes Lluna yang menabrak Lola karena
berhenti tiba-tiba. “Ada apaan kok berhenti” tanya Erine yang kemudian
mengikuti pandangan Lola dan Lluna. “Oops” serunya. Sadar ada teman-temannya
Ceries sekuat tenaga mendorong Viggo, sampai jatuh ke lantai. “Auw” rintih
Viggo. Pada waktu bersamaan hp Viggo bunyi, segera diangkatnya.
“Hai,
kalian udah dateng kok ga telpon dulu?” Ceries berdiri dan ngomong dengan
canggung. “Sori ganggu, kita cuma mau bawaiin hp kamu” Lluna yang duluan sadar
mengambil hp dari Erine dan meletakkannya di tempat terdekat. “Trus titipan
dari kak Pieter” Lluna mengambil kantongan dari tangan Lola dan menaruhnya di
sebalah hp. “Kak Pieter datang?” Ceries udah kembali normal. Teman-temannya
hanya mengangguk aja. “Aduh… kenapa kalian ga bilang dari tadi sih. Where is
he?” “Pulang. Katanya ada urusan penting.”
“Yah,
yang benar aja” seru Ceries. “Oh, mungkin masih ada di parkiran. Aku turun
bentar ya” Ceries bergegas turun. Begitu Ceries menghilang Viggo ikut-ikutan
cabut juga. “Ok, aku juga harus pergi. See ya.” “Eh, trus kita?” tanya bego
Lola. “Tungguin Ceries aja kalo begitu” jawab Erine.
***
Keesokan paginya, diluar dugaan Erine diantar ama kak
Mike sampe ke depan kelas. “Sampe ketemu jam istirahat ya” seru kak Mike
sebelum pergi ke kelasnya. “Ok” jawab Erine tersenyum manis. Segera setelah kak
Mike pergi, Erine masuk ke kelas dan menempati tempat duduknya. “Aduuuhhh……
Erine kemajuan besar nih sampe diantar ke kelas segala” goda Lola yang datang
semenit sebelum Erine. “Hehehe….” tawa Erine. “Happy banget sih?? What
happen??” tanya Ceries. “Tau ga??” jawab Erine manja. “Gimana bisa tau oon, klo
kamu belon bilang apa-apa” jawab Lluna.
Dengan wajah tersipu malu Erine bersuara dengan
sangat lembut. “Mike ngajak jadian.” “What???” seru lantang dan kompak
teman-temannya. “Shhttt… Jangan keras-keras” sergah Erine. “Are you sure?”
tanya Ceries. “Wow, met yah” seru Lluna. “Patut dirayaiin nih” sambung Lola
riang. “But, gimana ceritanya?? Tell us” bujuk Ceries.
“Yah, tempo hari waktu penutupan pensi kan aku
diantar pulang. Terus dia ngomong deh” jawab manja Erine tersipu malu. “Ngomong
apaan??” goda yang lainnya. “Ih,udah dong ah” protes Erine manja. “Kok baru
ngomong sekarang sih, padahal jadiannya udah dari pensi kemaren” protes Lola.
“Ia, lagian baru ni hari dia ngantar kamu sampe kelas” sambung Lluna.
“Kan kelasnya Mike dan kelas kita beda jalurnya.
Kebetulan aja hari ini dia ada urusan di lab kimia di ujung” seru Erine lembut.
“Duh, manggilnya Mike” yang lain lanjut menggoda. “Ah, kalian nih rese yah”
Erine mulai mukulin teman-temannya dengan pelan. Dan acara ngejekin Erine berakhir ketika jam
pelajaran pertama dimulai.
“Gosh” seru lantang Ceries. “Kenapa Ris?” tanya Lola
sambil berjalan ke arah parkiran. “Aku ga salah liat kan?” “Apaan sih Ris”
Lluna megikuti arah pandang Ceries. Seorang cowok cakep melangkah mendekat.
“Pieter” teriak Ceries berlari dan segera memeluknya.
“Oh, I miss u so much” seru Ceries melepas
pelukannya. “Miss you too. And hello ladies” Pieter menyapa yang lainnya.
“Hello” seru Lola dan Lluna canggung. “What are you doing here? Jemput aku?”
Tanya Ceries antusias. “Emang mau ngapain lagi coba?” jawab Pieter. “Klo begitu
see ya girls” Ceries menarik Pieter pergi. Sementara Pieter hanya melambai
saja. Sementara Viggo yan g kebetulan liat dari jauh Cuma bisa menghela napas
dan segera masuk ke mobilnya.
***
Pada sore yang indah, handphone Lola bordering
nyaring. Lola yang baru aja selesai mandi langsung nyambar handphonenya. “Halo”
Lola mengangkat telpon tanpa melihat siapa yang menelpon. “Hello senpai, lagi
pain?” seru menggoda Kyo. “Ih, ternyata si bego Kyo. Mau tau aja sih. Aku lagi
ngapain kek bukan urusan kamu.” “Soalnya khan aku mau ngajak jalan nih, ingat
khan janjinya tempo hari. Mau nemenin aku jalan” balas Kyo. “Jalan? Ke mana?”
tanya Lola. “Ada deh… Mau ga? Aku jemput kok.” Ga berniat mengecewakan Kyo buat
ke dua kalinya, Lola mengiyakan ajakan Kyo. “Ok, tapi aku siap-siap dulu yah.”
“Ok deh. Setengah jam cukup kan buat siap-siap?” “Lebih malah” jawab Lola. “Ya
udah see ya” Kyo menutup telpon.
Setengah jam kemudian Kyo udah nongol di depan rumah
Lola. Setelah pamit dengan mamanya Lola, mereka segera cabut. “Mau ke mana
Kyo?” tanya Lola. “Ke pasar malam, aku lagi pengen ke sana. Pegangan ya aku mau
balap nih.” “Jangan anggap aku cemen donk, aku juga biasa balap-bal… Waaaa…”
Kata-kata Lola terpotong karena Kyo tiba-tiba tancap gas dan membuatnya badan
Lola mundur ke belakang, seolah-olah bakal terbang. Dengan segera aja Lola
meluk Kyo erat-erat, biar ga jatuh dari motor. Ini jelas aja bikin Kyo happy.
Sesampainya di tempat yang di tuju mereka langsung
aja keluyuran dari stand yang satu ke stand yang lain. Happy-happyan,
ketawa-ketiwi, pokoknya happy deh. “Eh, itu kan Erine sama kak Mike?” seru
Lola. Melihat sepasang orang itu lagi asik di stand permainan dari jauh. “Udah
biarian ajah” seru Kyo pergi diikuti Lola. Demikian terus mereka menikmati hari
sebentar main, ngemil de el e el. Sampai Lola merasa tertarik sama sebuah stand
yang menjual aksesoris. Lola dengan segera menghampiri stand yang di maksud.
“Eh,
Kyo kayanya bagus deh. Cocok kayanya buat kamu” seru Lola dan berbalik mencari
Kyo. Tapi orang yang di maksud ga ada. “Kyo” panggil Lola. “Hello Kyo jangan
main-main donk. Kamu di mana sih.” Lola meninggalkan stand tempatnya berdiri
dan mulai mencari Kyo di tengah kerumunan orang. “Kyo” panggil Lola makin lama
makin panik saja. “Kyo, kamu ga pulang ninggalin aku khan. Hey Kyo” Lola dah
mulai putus asa.
Tiba-tiba
aja sebuah tangan menarik lengan Lola, membuatnya berbalik ke belakang. Dan
ternyata itu adalah tangan Kyo. “Ah, ketemu” seru Kyo lega. “Ky… Kyo, kamu ke
mana aja sih tiba-tiba ngilang.” “Ga salah nih La, kamu tuh yang tiba-tiba
ngilang” sergah Kyo. Sadar memang dirinya yang salah, Lola meminta maaf. “Sorry
deh” seru Lola memelas.
Kyo
mengulurkan tangannya ke Lola. “Biar ga ilang lagi” seru Kyo tersenyum manis.
Lola ragu-ragu dengan ajakan Kyo, Kyo
yang menyadari itu langsung berkata. “Takut diliat Erine lantas dia ceritaiin
ke Andrew?” tanya Kyo. Lola hanya senyum ga jelas gitu. Ngerti masalah Lola, Kyo member solusi lain.
Kyo
menyodorkan ujung jaketnya ke Lola. “Eh?” seru Lola heran. Kyo tersenyum dan
ngomong. “Kalo pegangan tangan ga mau, pegang ujung jaket aku saja. Ga akan ada
yang marah kan” serunya. “Ck, emang kamu pikir aku anak kecil apa” seru Lola
tertawa kecil. Namun langsung aja Lola nyambar
ujung jaket Kyo. Mereka kemudian melanjutkan keliling pasar malam dengan happy.
Sampai
malam menyenangkan Lola harus berakhir, ketika melihat sesuatu yang ga
seharusnya dia lihat. “Ah, Kyo udah donk berhenti ngelawaknya. Perutku sakit
nih karena ketawa mulu” tawa Lola. “Enak aja ngelawak. Dasar ga sopan” balas
Kyo. Tapi tawa Kyo terhenti begitu melihat wajah Lola berubah kaku kek abis
liat setan. “Napa La? Kek liat hantu aja” kelakar Kyo. Tapi melihat tak ada
perubahan pada wajah Lola, Kyo menoleh ke arah pandangan Lola.
Dari
jauh terlihat Lluna dan Andrew lagi jalan berdua aja, gandengan tangan, pokoke
mesra deh. “Yakin yang tadi bagus?” tanya Lluna. “Kamu juga bilang bagus kan?”
jawab Andrew. “Ia, sih tapi…” kata-kata Lluna terhenti tiba-tiba. “Kenapa Na?”
tanya Andrew kemudian mengikuti arah pandangan Lluna.
“Lho,
itu kan Lola” seru Erine kepada Mike. “Iya, bukannya yang di sebelahnya itu
teman kelas kamu juga?” tanya Mike. “Hmm…… Ngapain yah mereka” batin Erine.
“Lola” teriak Erine mulai mendekati temannya itu. Erine merasa suaranya cukup
keras untuk di dengar Lola, tapi merasa heran karena Lola tidak bergeming.
Apalagi melihat ekspresi muka Lola dan kyo yang aneh. Begitu cukup dekat Erine
memanggil lagi. “Hei, La.” Tapi belum juga di jawab Lola. Kemudian Erine
berpaling kea rah mata Lola tertuju.
Andrew
merasa cukup kaget ketika matanya bertatapan dengan mata Lola. Reflex Lluna
menarik tangannya dari tangan Andrew. Andrew juga baru menyadai kalo dia
bergandengan dengan Lluna. “Ehm, La ini bisa di jelasin” seru Andrew. “La ini
ga seperti kelihatannya. Bener-bener bisa dijelasin kok” sambung Lluna.
Tapi sepertinya Lola tidak mau penjelasan. Dia
melepaskan pegangannya pada ujung jaket Kyo dan segera berbalik pergi. “Lola”
Andrew berusaha mengejar, namun dengan segera di tahan Kyo. “Mending kamu
pulang aja langsung ke rumah. Karena kamu bakal bikin dia makin eneg. Dan
tunggu aja bagianmu besok” Kyo segera pergi menyusul Lola.
0 comments:
Post a Comment